16 Tahun yang lalu (Sebuah Ingatan dalam, dari kehilangan seorang Ibu)
|
my family |
|
ibuku |
Tepat 20 Desember 16 tahun yang lalu, Ibuku meninggalkan kami untuk selamanya. Usia ku saat itu baru 15 tahun. Anak pertama, dan adik terkecil ku saat itu masih berusia 4 tahun. Hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, sebuah mimpi buruk jadi kenyataan.
Baiklah, karena sudah berlalu 16 tahun lalu, kesedihan itu sudah tidak terasa lagi, life must go on! Tapi, masih ada memori yang terekam di kepala ku secara detail terkait kejadian itu. Kepala ku masih bisa memutar video rekaman itu secara detail. Tak tahu Mengapa? Namun sepertinya kejadian itu terekam pada memori terdalam ku.
Kali ini dalam rangka 16 tahun memperingati mangkat nya perempuan yang telah melahirkan ku itu, aku akan coba berbagi kepada pembaca sekalian, semoga ini bisa jadi pelajaran, bahwa kejadian ini sudah pasti terjadi pada kita semua, antara ditinggalkan atau kau pergi terlebih dahulu, antara cepat atau lambat, semua orang yang ada di dunia ini akan kembali ke pemilik sebenarnya. Jadi, jangan terlalu silau dengan dunia ini!
Baju melayu dipakai kali pertama
|
baju kurung melayu. |
I still remember until now, hari itu adalah hari pertama ku mengenakan seragam sekolah baru. Ya, baju kurung melayu. Aku lahir dan dibesarkan di sebuah kota kecil yang tertata rapi dan erat dengan budaya melayu, Batam. Di Kota Batam, baju khas daerah nya adalah baju kurung atau kami biasa menyebutnya baju melayu. Baju ini dikenakan setiap jumat. Baju dan warna persis sama dengan foto diatas.
Itu adalah semester 1, tepat hari terakhir ujian semester 1. Aku jujur saja sedari awal tidak ingin untuk bersekolah di sebuah Sekolah Kejuruan (walau pada akhirnya namaku tertulis di batu prasasti sekolah sebagai lulusan terbaik tahun 2011 jika batu itu masih ada, meskipun saat itu bukan aku juara umumnya, aku hanya meraih peringkat 5 nilai UN terbesar se-sekolah itu saat itu tapi memang baru akulah yang berhasil masuk STAN saat itu, saat itu juara umumnya adalah Jurianto), tapi orang tuaku memaksa ku untuk masuk kesana, dan jurusan nya juga bukan jurusan yang aku sukai, jurusan Akuntansi. Aku menganggap itu jurusan perempuan, dan benar saja, dalam satu kelas, pria nya hanya 6-7 orang, Jurusan itu bukan saya banget!.
Tapi saat itu, ibu (selanjutnya kita panggil "mamak" karena itu memang panggilan ku sehari-hari kepada Ibu ku) memaksa ku untuk masuk ke SMK jurusan Akuntansi, dengan alasan sekolah itu tidak jauh dari rumah. Mamak sempat ngomong begini, "nanti kalo ngga masuk disini, baru kita ke sekolah yang kau mau!" Padahal bukan sombong, rasanya nilai-nilai ku dan prestasi-prestasi sekolah ku, rasanya tak mungkin jika aku tak masuk di sekolah ini, apalagi saat itu aku adalah angkatan ketiga dari sekolah yang baru buka itu. Sedari SD, Bapak biasanya sangat senang saat bagi rapot, sebab biasanya Bapak akan ikut mendampingi ku maju kedepan saat nama-nama para juara dipanggil kedepan di lapangan (please pak prabowo, kembalikan saja sistem pendidikan yang seperti itu, memang benar prestasi sekolah tak menentukan masa depan mu, tapi paling tidak itulah salah satu cara memompa semangat para siswa untuk mendapatkan hasil terbaik, malu rasanya beberapa waktu lalu viral anak SMA yang ditanyakan pembagian mudah saja tidak bisa, mau jadi apa generasi penerus bangsa ini jika modelnya seperti itu, jangan terlena Indonesia sudah jauh tertinggal dengan kebanyakan negara asean sekalipun, jangan heran banyak pengangguran, bukan tidak ada lowongan, tapi spek yang dibutuhkan tidak tersedia, banyak kok lowongan di linkedin, tapi spek yang mereka cari tak banyak tersedia). Kembali ke laptop.
Aku tak pernah belajar di rumah, sampai-sampai sering ada dulu tetangga nanya ke rumah, "Bagaimana cara rahmat belajar?" Mamak selalu ngomong, "ngga tahu juga, tapi kayaknya dia jarang belajar". Tapi satu yang harus digarisbawahi meskipun aku tidak belajar, I'm a good boy sampai sebelum mamak meninggal. Aku tak pernah bolos sekolah, aku selalu rapi dalam sekolah ku, apapun itu, aku tak pernah bohong terkait uang SPP, intinya I'm a good boy untuk pelajaran, namun untuk kelakuan aku memang sudah iseng sedari kecil, sering berkelahi. Ketika berkelahi, pulang ke rumah, pertanyaan orang tua ku cuma satu, "Menang apa Kalah? Kalo kalah, bawa pisau ini, tusuk paha nya, jangan di perut, nanti aku obati!" hahahaha...seperti itu dulu orang tua ku mendidik ku.
Kembali ke hari terakhir ujian semester 1 tadi. Karena itu ujian hari terakhir, jadi tidak banyak mata pelajaran yang diujikan, seingatku hanya satu, sehingga jam 9 pagi sudah pulang. Aku terbiasa untuk main Playstation setelah pulang sekolah, terkadang 2-3 jam di tempat rental PS sama teman-teman sekelas ku (Wahyu Sukma Abusoleh, Mike Febriano, M. Syaifullah, Ismail Zulkamar), namun hari itu, entah Mengapa ketika mereka ngajakin, aku menolak dan kepingin pulang cepat-cepat ke rumah masih dengan baju kurung melayu sekolah yang baru saja aku dapat dari sekolah dan masih aku kenakan.
Mamak Sakit
Benar saja, sesampainya di rumah ternyata mamak sakit, sudah ada beberapa tetangga komplek yang datang ke rumah. Bapak masih di jalan pulang dari tempat kerja nya, dan aku tiba terlebih dahulu. Jaman itu aku sudah punya hp Nokia 7610, Bapak dan Mamak juga punya hape (di Batam banyak hape murah soalnya), tapi karena di sekolah tak boleh bawa hape, jadi aku ga pernah bawa hape ke sekolah, sebab jika ketangkap razia hp, jangan harap hp itu kembali. Sebab dari situlah mamak tidak mengabari ku, tapi mungkin ikatan batin ibu dan anak akhirnya memaksa ku untuk buru-buru pulang.
Mamak ku sedari dulu pengen sekali kerja di perusahaan. Batam adalah Kota Industri, dan saat itu mudah saja untuk yang namanya kerja di pabrik. Tak perlu orang dalam, ada banyak PT yang buka lowongan. Sedari '92 orang tua ku merantau ke Batam dari Palembang, mamak sering melamar kerja, sialnya mamak tak pernah diterima kerja, wkwkwkw...sudah banyak lamaran kerja nya, kalo ditumpukin kali sudah setinggi rice cooker tumpukan lamaran kerja mamak.
Tapi memang karena Beliau dari dulu mudah cari duit, dia sering buka usaha. Banyak usaha nya, sampai-sampai saat kelas 4 SD, wajahku pernah terpercik minyak goreng panas saat diminta mamak untuk membalik gorengan pempek yang Ia jual. Bapak ku sebenarnya tidak kerja serabutan juga, dia pegawai tetap di sebuah perusahan swasta pembuat pipa pengeboran minyak lepas pantai di batam. Namun, mamak ku memang tak betah di rumah orang nya, jadi ada saja yang dia usahakan di Komplek itu.
Jadi, singkat cerita, mamak yang tadinya tidak pernah diterima kerja, akhirnya setahun sebelum meninggal mamak diterima kerja di perusahaan yang lokasinya juga tak jauh dari rumah, di Batam Center. Aku masih ingat nama PT nya sampai sekarang, namanya PT. Glopack Packaging, perusahaan pembuat kemasan makanan dan minuman. Aku setiap hari diminta antar jemput mamak. Aku bawa motor ke sekolah sedari SMP (Teman-temanku menamai motorku Vega Badai, sebab motor itu jika disentak sedikit langsung ngangkat ban depan nya, karena memang sudah diisi per dan kampas kopling racing, hahahaha..). Bahkan, SD aku masih ingat pernah nemenin mamak ke pasar pagi untuk belanja. Aku tak pernah belajar motor, main bawa saja, tapi orang tua ku juga bukan tipe yang banyak larangan, boleh semua, tapi kau tanggung sendiri akibatnya, kurang lebih seperti itulah didikan nya, maka dari itulah aku jadi laki-laki sejati, karena semua aku cobain dan tahu rasanya, hahaha… Aku sampai sekarang masih ingat pesan Bapak, Beliau bilang begini saat aku masih masa mencari jati diri saat itu, “Mat, kau aku anggap sudah besar, kau sudah tahu mana baik buruk, mana salah mana benar, jadi kau urus hidupmu sendiri, kalo kau ketanggap narkoba, jangan harap aku akan bantu keluarin kau dari penjara, biarlah kau tebusuk di penjara itu! Ini Batam.”. Bapak bisa ngomong begitu juga bukan tanpa alasan, aku males menjelaskannya panjang lebar, yang jelas ada pepatah lama yang ngomong begini, Buah jatuh tidak jauh dari pohon nya.
Sakitnya mamak adalah sebenarnya sepele, Beliau sakit maag. Sakit maag nya ini sudah lama sebenarnya, bahkan sejak mamak masih gadis. Mamak terbiasa menghabiskan mangga muda saat dulu dia gadis, katanya itu enak sekali, dia bisa menghabiskan sekresek sendirian, begitu kurang lebih cerita mamak saat dulu saat kutanya Kenapa bisa sakit maag?. Aku tak tahu korelasinya dimana antara mangga muda dan sakit maag, yang aku tahu sakit maag disebabkan terlambat makan.
Nah itu kata kuncinya, terlambat makan. Semenjak mamak bekerja, dia jadi sering terlambat makan, makan tidak teratur, itu semua membuat sakit maag nya bertambah parah. Padahal mamak selalu bawa makanan/bekal dari rumah, namun karena bekerja terlalu semangat, sering lupa makan. Maklum saja, mamak bekerja di pabrik dan itu mengejar target, semakin banyak kau bekerja, semakin besar penghasilan yang didapat. Kurang lebih seperti itu malapetaka nya.
Akhirnya, tanggal 19 Desember 2008, mamak masuk Rumah Sakit Budi Kemuliaan, nama kamar nya aku lupa, namun jika aku kesana, aku masih ingat ruangan itu dimana, jika belum dirubah ya! Aku pernah sekali kesana lagi setelah mamak meninggal, saat itu untuk menjenguk orang sakit, dan aku terbayang-bayang kejadian itu disana, sebuah ingatan yang dalam.
19 Desember 2008 pagi mamak masuk rumah sakit, saat itu dianter oleh Bapak dan dibantu pak Koko (tetangga), Saya ucapkan terima kasih kepada Om, Om memang orang baik, Om juga dulu sering minjemin saya motor vespa nya yang ada bak samping nya untuk membuang kotoran peternakan burung puyuh ku, dulu aku memang peternak puyuh, aku punya puyuh 1.000 ekor di usia 19 tahun, aku sudah dilatih masa’ bodoh dengan apa kata orang dari kecil, sehingga segala sesuatu sering aku lakukan aja, tanpa perlu dengar apa kata orang, sebab watak manusia memang suka senang melihat orang susah, susah melihat orang senang, jadi tak usah didengar apa kata orang selama menurutmu itu benar dan tak mengganggu orang. Kembali lagi ke laptop, maafkenlah ya aku kalo nulis suka kemana-mana, tapi inilah cara berpikir kepalaku. Kembali ke laptop.
Aku masih ingat saat itu naik mobilnya pak Koko untuk mengantarkan mamak ke rumah sakit, sebuah van hiace ex singapore yang rasanya aku belum pernah ketemu haice modelan itu selain di Singapore atau Batam (di Batam memang banyak mobil ex singapore, kalo dulu saat Batam masih plat nomor BM, ciri kendaraan ex Singapore adalah dibelakang plat nomor nya diawali X. Misal, BM 1234 XI, lalu saat plat nomor Batam berubah jadi BP karena pisah dari Riau, plat nomor kendaraan ex Singapore diakhiri Z, misal BP 1234 ZI). Kembali ke mamak, “Mak, maafkan aku menulis cerita tentang mu, tapi ngalar ngidul kemana-mana, mamak ngga lupa kan kita orang Palembang, orang Palembang kan memang besak kelakar mak!, hahahaha..”.
Saat itu yang dirasakan mamak adalah perutnya yang sakit, sepanjang perjalanan mamak meringis kesakitan, perutnya terasa seperti melilit-lilit. Aku ingat, aku ikut di mobil itu. Setiba di rumah sakit, masuk UGD, Saat itu cuman Bapak yang boleh masuk UGD, kami tidak bayar kalo sakit, semua ditanggung PT Tempat Bapak bekerja. Jadi aman untuk masalah kesehatan.
Sempat menunggu beberapa waktu, akhirnya aku pulang bersama pak Koko, naik mobil pak Koko, sepanjang jalan di mobil itu aku sangat mengkhawatirkan kondisi mamak, bukan apa-apa, karena sepertinya sakitnya mamak memang parah, beberapa kali pak Koko berusaha menenangkan ku, aku takut sekali jika mimpi buruk itu terjadi.
Sakitnya mamak tidak secara mendadak, sejak 3 bulan hingga hari mamak masuk RS, mamak sudah beberapa kali berobat, sudah banyak juga obat yang dimakan, sudah disuruh berhenti juga dari PT, tapi ya, kata mamak sayang, tunggu sebentar lagi abis kontrak biar dapat pesangon, ternyata kontrak nya abis duluan karena mamak meninggal. Ini pelajaran buat kita semua, tidak usah terlalu berlebihan berbuat untuk kantor, sebab jika kau mati, besok sudah ada orang yang akan menggantikan mu, keluarga mu lebih penting!
Film Lord Of The Ring
Singkat cerita jumat pagi mamak masuk ke Rumah Sakit, Jumat siang aku balek ke rumah dari rumah sakit, dan Jumat Sore aku datang lagi ke rumah sakit. Ada pelajaran satu lagi yang bisa diambil disini jodoh, maut, rejeki sudah diatur Tuhan itu benar adanya, Ibuku meninggal setelah aku ujian sekolah yang notabene setelahnya libur panjang dan mamak dikubur di Palembang, sehingga aku hanya bolos 1-2 hari saja di Sekolah. Kalian tahu tidak, karena trauma ku akibat kejadian ini, aku selalu parno di bulan Desember, aku takut terjadi sesuatu di bulan Desember, wkwkwkw..
Jumat sore itu aku ingat dari mulut mamak sudah dipasang selang untuk mengeluarkan cairan dari perut (warna nya ijo), dari hidung nya dipasang selang oksigen, mamak sudah tidak sadar sepenuhnya. Semakin saya bertambah panik.
Hubungan ku dengan mamak sebenarnya tidak terlalu harmonis, kami biasa ribut, aku memang pembangkang, dari kecil aku sudah sering kena marah nya, sering ditabok nya, sampai-sampai, beberapa minggu sebelum mamak meninggal, aku masih ingat, mamak mau memukul ku lalu aku tangkis, sehingga lengan kanan mamak itu bengkak karena kena tangkis tanganku. Aku pernah mau kena marah, lalu kabur segera buka pagar bawa motor, lalu aku standing-standing depan mamak naik motor itu, Aku juga dulu pernah dilempar remote TV sama mamak sehingga kepala ku benjol besar, aku masih ingat saat itu Bapak sampai nangis karena melihat kepala ku benjol, Bapak ngomong seperti ini, "Kenapa ga kau cekek aja dulu waktu dia masih bayi!", Kami keluarga dari Palembang, budaya kami memang keras, apalagi mamak yang asli orang Kertapati, jadi tidak heran kalo aku bengal, jadi bisa dipastikan jika ada orang yang marah dengan ku cuman dari mulutnya, itu tak akan memberikan tekanan batin buatku, lain cerita jika dia melukai perasaan, pasti tak selamat orang itu, aku pernah menggembosi motor guru ku dulu, gara-gara dia marahin aku (maafkan saya pak Kamaludin yang waktu itu jadi dorong motor panas-panas pulang sekolah karena ban nya gembos aku tusuk paku yang sudah aku pakukan ke kayu, sebab Anda memang terlalu banyak gaya sebagai guru baru), dan masih banyak lagi, hahaha..intinya aku tidak pernah menggangu orang, namun jika diganggu, lain ceritanya..mulut mu harimau mu, jaga baik-baik!
Anjir, cerita ini jadi kemana-mana. Kembali ke Topik. Mamak sudah dirawat dari hari Jumat siang, lalu Sabtu Siang aku kembali datang ke Rumah Sakit, ada juga beberapa tetangga yang datang menjenguk (mamak ku supel, hampir semua orang di Komplek itu kenal dengan mamak nya Rahmat), Sabtu Siang itu ternyata mamak sudah sadar, sudah bisa bicara seperti biasa, hanya saja selang memang masih terpasang, dan masih ada cairan hijau yang keluar dari dalam perut. Aku masih ingat saat sabtu sore aku mau pulang dari rumah sakit, mamak bilang begini, "Mat, bawalah semua roti dan buah-buah yang ada ini, kasih adek mu, jangan lupa suruh Budi kesini nanti!"
Budi adalah adekku yang nomor dua. Dia anak kesayangan mamak. Dahulu saat aku sering ribut dengan Budi juga pasti mamak belain budi, pokoknya nomor wahid si budi ini. Bukan tanpa alasan, adikku itu waktu kecilnya dulu sering sakit, bolak-balik rumah sakit terus, bahkan pernah kami sekeluarga lebaran di rumah sakit karena budi sakit, jadi tidak heran jika rasa sayang nya mamak ke budi lebih besar. Meskipun kami sering ribut (baik dengan mamak dan dengan Budi, ya saya rasa itu hal biasa saja, abis dimarahin mamak, lalu kabur main keluar, pulang-pulang aku sudah makan seperti biasa, bahkan mamak ku sering muter komplek hanya untuk mencari kemana si rahmat tidak pulang-pulang).
Sesuai instruksi dari bos besar, malam itu aku suruh budi jenguk mamak, kebetulan ada tetangga depan rumah yang juga mau menjenguk ke rumah sakit, jadi aku suruh saja si budi ikut tetangga itu (Namanya Bapak&Ibu Willy karena anaknya namanya willy dan seumuran Budi, nanti di akhir cerita Bu Willy ini punya peranan besar dalam cerita ini, wkwkwkw).
Sepulang Budi dari menjenguk mamak di RS, aku tanya budi, "Bagaimana keadaan mamak?", "Baek Bang", "Owh syukurlah", jawabku. "Tapi tadi mamak pesan bang, kata mamak dia minta aku jagain rani!" lanjut budi. "Ah, serius kau bud!", "Iya Bang".
Mendengar kata-kata budi itu (itu sekitar jam 9 malam, malam minggu, aku lagi nonton film Lord Of The Ring di ruang tengah, pakai bantal besar warna biru) aku langsung sedikit melamun. Apa maksudnya dari kata-kata itu, pikirku. Aku yang sore pulang dari RS tadi sudah cuci motor (maklum saja malam minggu, aku ikut geng motor dulu, malam minggu ku biasa jam 9 atau 10 keatas baru keluar rumah dan baru pulang pulang mendekati subuh, wkwkwkw) tidak jadi keluar malam itu.
Senakal-nakalnya aku, aku masih berakal. Tak mungkin aku meninggalkan adik-adikku di rumah bersama pengasuhnya lalu aku pergi malam mingguan sementara Ibuku sedang sakit. Aku lebih memilih menonton film Lord Of The Rings saja (saat itu tayang di Trans TV).
Tibalah pukul 22.20 WIB (Aku ingat karena aku liat jam setelah rani teriak), tiba-tiba rani (adikku yang saat itu baru umur 4 tahun) tiba-tiba terbangun dari tidurnya lalu teriak "Ibu..!!", aku yang lagi menonton di ruang tengah langsung ke kamar menemui rani yang lagi tidur sama Titin (Pengasuhnya Rani), langsung aku tanya,"Kenapa Rani? Rani mimpi apa?" Tanyaku. "Ngga ada Bang", jawab Rani kecil. Lalu tak lama setelahnya, sekitar pukul 22.40 WIB, didepan pagar ada Ibu Willy yang notabene memang tetangga depan rumah ku sedang gedor-gedor pagar sambil memanggil, "mat,mat..."
Mendengar ada ibu willy didepan pagar, aku langsung mengambil kunci pagar, belum sempat aku buka pagar, Ibu Willy langsung ngomong, "Yang sabar ya mat!, Ibu kamu sudah ngga ada" (aku sampai menangis mengetik kata-kata ini). Disitu aku langsung terhenyak, merasa tak mungkin, sebab dari sore tadi mamak sudah sehat. (Ini juga pelajaran, jika ada orang sakit parah, tiba-tiba sehat, ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama ya Alhamdulillah sehat, kemungkinan kedua, ajal nya sudah dekat).
|
kuburan ibuku |
Aku langsung duduk di bangku depan rumah, lalu membangunkan adik-adikku. Budi yang sudah besar sudah paham, namun rani masih sangat kecil sekali, namun sepertinya dia tahu apa yang terjadi. Jadilah kami bertiga menangis di depan rumah. Tak lama setelahnya rumahku langsung ramai datang tetangga, di masjid langsung diumumkan perihal ini, semakin banyak tetangga komplek yang datang. Mereka seakan tak percaya, orang yang selama ini suaranya kalo teriak manggil anaknya kedengaran dari ujung ke ujung itu (Komplek rumah ku besar, tidak cluster, kami tinggal di Perumahan Cendana Batam Center), ternyata telah tiada.
Pukul 02.00 WIB, Sabtu, 20 Desember 2008. Sudah mulai terdengar suara sayu mobil jenazah dari kejauhan, semakin dekat, dan lalu hilang saat masuk komplek (Hal ini membuat traumatik buat ku, yang cukup lama sampai akhirnya aku baru berani mendengar suara mobil jenazah lagi, beberapa tahun setelah mamak meninggal, aku selalu menghindar jika melihat mobil jenazah), benar saja, mobil itu berhenti depan rumah, sebuah mobil jenazah RS. Budi Kemuliaan yang membawa keranda bertudung kain hijau, aku masih tak percaya jika didalamnya Ibuku.
Rumah sudah siap menyambut kedatangan jenazah mamak. Dibukalah keranda itu, dan benar saja, ada mamak ku didalamnya dengan tangan dan wajah yang sudah diikat kain putih namun masih mengenakan baju yang Ia pakai tadi sore. Dibawalah jenazah itu kedalam rumah, didalam rumah ramai sekali tetangga yang datang (kami perantauan, hidup di rantau harus baik-baik dengan tetangga, sebab merekalah yang akan menolong jika terjadi sesuatu, saat itu hanya ada oom ku yang juga tinggal di batam, sisanya keluarga besar mamak di Palembang semua), terdengar suara tangisan ibu-ibu komplek yang tampaknya jauh lebih besar dari aku dan adik-adikku (ini juga pelajaran, ternyata orang yang nangis paling kencang saat musibah, biasanya hanya berbohong menutup ketidaksedihan nya, sama seperti orang yang ketika kita mau bertamu ke rumah nya, sudah kita sampaikan kita mau bertamu, setiba dirumahnya biasanya setelan lagu di rumahnya adalah murotal qur’an, hahahaha…positive thinking rahmat, orang itu memang sering setel murotal loh!). Lanjut ke cerita mamak.
Jenazah mamak sudah didalam rumah, saat itu sudah sekitar pukul 03.30 WIB, dan aku masih saja berada di depan jenazah mamak, aku masih berharap terjadi mati suri, aku masih berharap terjadi gerakan dari badan mamak, ternyata hal itu tidak terjadi sampai akhirnya aku ketiduran.
Malam itu juga banyak tetangga-tetangga yang sama-sama orang Palembang, mereka bertanya kepada Bapakku, "Ayuk ini nak dikubur dimano kak? Di Batam apo di Plembang?" Aku masih ingat kata-kata yang keluar dari mulut om Edward Brando (tetangga ku ini anggota DPRD Kota Batam), Bapakku menyerahkan sepenuhnya ke kami anak-anaknya, dan tegas saja aku katakan, "Di Palembang aja om".
Beberapa bulan sebelum meninggal memang mamak sempat ngomong jika awal tahun baru nanti kami sekeluarga mau mudik dulu ke Palembang (seperti sudah firasat), dan benar kami pulang tahun baru itu di Palembang.
Aku ucapkan terima kasih kepada Om edward, Pak Subandi dan Bapak-bapak tetangga semuanya yang sudah mengurus semuanya keberangkatan jenazah mamak dari Batam ke Palembang, aku sempat mendengar saat itu bahwa biayanya lebih dari Rp10.000.000,- dan itu mereka semua yang mengurus, yang aku ingat hanyalah saat itu jenazah ditimbang di kargo Bandara Hang Nadim beratnya 86kg bersama peti jenazah, padahal aku tahu berat mamak ku hanyalah 65kg di usianya yang saat itu baru 38 tahun.
Ada pelajaran disini jika SOP nya belum berubah. Saat itu hanya Garuda yang diizinkan untuk membawa paket jenazah. Paket jenazah dimasukkan diawal sebelum penumpang naik atau diakhir setelah penumpang naik semua, serta harus ada satu orang pendamping jenazah yang didudukkan di kursi bisnis di depan. Jadi, jika ada orang yang sangat sedih duduk di kursi bisnis pesawat (seharusnya kan bahagia di kursi bisnis), bisa jadi orang itu membawa jenazah kerabatnya didalam pesawat itu.
Kembali ke laptop, jadi sepakat dari percakapan malam itu dari tetangga-tetangga yang juga ber suku Palembang (di Batam ada banyak orang Palembang) mamak akan dikebumikan di Palembang (orang batam tahunya Palembang doang, padahal Palembang itu kecil, sisanya Sumsel), mamak akan dikebumikan di Desa Nenek Moyangnya, tepatnya Desa Tanjung Baru, Ogan Ilir (tidak jauh dari kampus Unsri Indralaya).
Terbangunnya aku dari tidur, hari sudah pagi, aku tidak tidur di sebelah jenazah mamak seperti banyak sinetron yang lebay, aku tidur di kamar, namun semalaman tetap saja rumah ramai orang yang takziah, tetap ada orang yang yasinan di sebelah jenazah mamak. Pagi itu kembali dibuka kain penutup wajah mamak, dan ketika aku lihat wajahnya sudah pucat pasi, mamak ku sudah benar-benar meninggal. Mamak masih mengenakan baju yang sama saat sore kemarin aku menjenguk Beliau di rumah sakit.
Nah, pelajaran lagi disini, ketika ada orang meninggal, langsung lah baju yang Ia kenakan saat meninggal dicopot, sebab jika badan sudah kaku, tidak bisa lagi dicopot, terpaksa baju dan celana yang digunakan harus digunting, begitu juga yang terjadi pada jenazah Ibu ku. Saat pagi, saat jenazah akan dimandikan, badan mamak sudah kaku, jadi terpaksa baju yang Ia kenakan dipotong. Aku ikut memandikan mamak saat itu, aku tidak ikut sedari awal, hanya saja ada bagian aku dimintai Ibu-ibu pengajian komplek yang memandikan untuk menyiramkan satu dua gayung air ke badan mamak yang sudah mereka tutup kain basah.
Setelah jenazah dimandikan, jenazah bersiap untuk disholatkan terlebih dahulu di masjid komplek, Masjid Nurul Huda. Masih ingat sampai saat ini, ketika jenazah hendak diberangkatkan ke masjid, aku sudah jalan terlebih dahulu menuju masjid, tapi ternyata jenazah belum jua dibawa ke masjid, lalu ada yang bertanya kepadaku, "sakit apa mamak mu mat?", saat itu aku masih bisa menjelaskan dengan baik, dan memang aku tidak terlalu sedih saat itu. Entah Kenapa aku seperti dikuatkan atas kejadian itu.
Setelah jenazah dimandikan, maka tibalah disholatkan di masjid. Masjid dimana mamak biasanya tiap minggu ngaji disini bersama rekan-rekannya ibu-ibu masjid. Sudah kukatakan sejak awal, ibuku sangat supel, dan berkawan ke semua orang, sama seperti adikku budi, mereka berdua mudah berkenalan dengan orang lain, suka bicara, dan sering basa-basi. Ilmu marketing itu hanya sedikit turun padaku, bagian yang mudah berkawan ke semua orang itu tidak turun padaku, kalo banyak bicaranya ya, itu turun padaku, tapi setelah kenal.
Setelah jenazah dimandikan, langsung lah kami berangkat ke Bandara, aku ingat saat itu Om Ibnu (Bapaknya Yuni, juga orang Palembang) yang memang pegawai Bandara Hang Nadim memberikan ku tiket Pesawat Linus Airways. Aku sejak kecil bercita-cita menjadi pilot pesawat, ketika niak pesawat ini, aku heran, loh kenapa pesawat kecil ini bermesin 4? Ternyata memang pesawat ini langka di Indonesia. Saat ini PK-LNJ Linus sudah berganti menjadi PK-BRF dan dioperasikan oleh Trans Nusa. Jangan salah, pesawat kecil mesin 4 ini juga ada yang jadi pesawat kepresidenan Jokowi loh. Saat dinas ke lokasi yang punya Bandara lintasan pendek, PK-PJJ sering digunakan. Tidak percaya? Cek saja sendiri PK-PJJ itu pesawat apa.
|
Linus Airways |
Ya, kembali nganar lagi tulisan ini. Skuy! Kembali ke laptop. Sementara Bapak diberikan tiket pesawat Garuda Indonesia yang mana harus transit dulu jakarta baru ke Palembang.
Kami sekeluarga tiba di Palembang saat itu sudah sore. Alhamdulillah jadwalnya pas. Jadi meskipun Bapak berangkat terlebih dahulu naik Garuda, karena transit, tiba di Palembangnya dalam waktu yang tidak jauh berbeda, kami tiba di Palembang pukul 17:00 WIB.
Setibanya di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, sudah ada mobil Ambulans yang langsung mengarah ke Rumah mamak di Kertapati. Aku ingat sekali tiba di Kertapati itu sudah maghrib. Orang di lorong tempat mamak tinggal sudah ramai. Aku masih ingat diminta untuk melewati keranda itu dari bawah, entah tradisi darimana, yang jelas ada satu waktu aku dan adik-adikku diminta melewati bawah keranda yang sedang dibopong oleh para keluarga mamak. Kenapa aku katakan keluarga mamak? Sebab orang di Kertapati biasanya memang tinggal dalam satu lorong itu mulai dari depan sampai belakang, masih keluarganya semua, hahaha... Jadi walaupun kata orang Kertapati itu kriminal, tidak berlaku buatku, aku aman-aman saja tinggal disana.
Tiba di rumah mamak, peti jenazah itu kembali dibuka. Dan benar saja, tangis pecah dari Nenek (Ibu nya mamak), dan tante-tante ku, serta saudara-saudara yang lain. Aku masih bingung saat itu, walaupun aku keturunan Palembang, aku tak pernah lahir dan besar disini, jadi ada banyak budaya yang berbeda, salah satunya bahasa. Mamak dan Bapak dulu biasa bahasa Palembang di rumah, dan aku paham bahasa itu, namun ternyata masih ada banyak kosakata yang aku tidak tahu saat itu, hahahaha..
Setelah dilihat sebentar, kami lanjut menguburkan mamak, jarak antara kertapati ke Indralaya itu sekitar setengah jam perjalanan mobil, dan saat itu aku masih ingat, malam tanggal 20 Desember 2008 itu mamak dikubur pukul 20.00 WIB, dikuburkan di Pemakaman keluarga nya di Tanjung Baru, hari malam itu hujan rintik, tenda nya berwarna biru, dan ada banyak lampu yang dihidupkan di sekitaran kuburan dengan suara genset yang besar.
Aku sempat disuruh melihat mamak untuk terakhir kalinya sebelum kuburan ditutup, aku lihat wajah mamak ku sudah pucat sekali, sudah jauh dari wajah biasanya yang aku lihat. Aku masih ingat bahwa pembatasnya bukanlah kayu melainkan batu cor dan tidak dibuat miring seperti kayu penutup, melainkan dibuat seperti sekat diatas liang yang lebih kecil menuju liang yang lebih besar. Ada beberapa bola tanah yang dibuat dan diciumkan ke beberapa bagian tubuh mamak, kain kafan nya dibuka, dan dikeluarkan dari dalam peti (ada ilmu kiblat disini, jenazah selalu dihadapkan ke kiblat, jadi kalo kamu pergi kemana gitu, sinyal tak ada, lihatlah kuburan, bagian kepala kuburan sebelah kanan, itulah kiblat, gen z mana tahu soal ini, mereka tahu nya joget tiktok aja, makanya belajar kalian gen z!, jangan hape aja kalian pegang, hape itu dibuat barat memang untuk merusak kalian, belajar ya! biar kalian ga rapuh, peace, hhe..)
Sialnya, ada yang membawa peti itu pulang ke rumah ke kertapati. Entah ide siapa, yang jelas, peti cargo itu sangat menakutkan bagiku. Tidak hanya bagiku, beberapa teman ku ada yang bekerja di cargo Bandara Hang Nadim, mereka katakan kalo dari Batam ke luar Batam memang banyak orang kirim jenazah, sebab memang Batam hanyalah tempat rantauan, semua akan kembali pergi meninggalkan tanah melayu itu. Jadi kata teman ku, untuk memasukkan jenazah kedalam bagasi pesawat itu hanya boleh satu atau dua orang, sebab ruangannya sempit. Jadi, mereka terbiasa untuk mengundi sesama petugas cargo siapa yang akan mendorong bagasi spesial ini didalam bagasi pesawat, hahahaha...
Hari Ke-2 Mamak Tiada
Mamak ku punya kebiasaan membangunkan aku sholat shubuh. Subuh ke-2 setelah mamak meninggal, aku masih di Palembang, dan aku tidur di kamar depan di rumah nenek. Dan aku masih ingat sampai sekarang, bahwa saat itu mamak membangunkan aku untuk sholat shubuh. Mamak ngomong seperti ini, "Mat, Bangun mat! Sholat Shubuh!" aku yang masih antara sadar dan tidak langsung menjawab, "owh, iya". Lalu aku sadar dan berkata dalam hati, "Ya Allah, Ibuku kan sudah meninggal 2 hari lalu, tapi tadi dia masih membangunkan aku". Segera aku bergegas bangun dan sholat shubuh. Sampai detik ini tulisan ini dibuat, aku tidak pernah lupa mengirimkan doa dan al-fatihah kepada Beliau di setiap sehabis Sholat 5 Waktu ku, sebab ada salah satu dari tiga amalan yang tidak akan terputus walaupun sudah meninggal, Ya, do’a anak sholeh, itulah makanya aku berusaha sholeh terus, walau kadang teori tak sama di lapangan, hahaha..
Sakaratul Maut nya mamak
Pada saat mamak sakaratul maut, aku dan adik-adikku tidak disitu. Menurut penuturan Bapak, mamak sakaratul mautnya tidak lama, hanya 5 menit. Sepulang Budi dari Rumah Sakit, kondisinya langsung menurun, terus menurun, hingga akhirnya meninggal dunia. Saat itu selain Bapak, ada Om Ujang (adik kandung mamak) yang juga jaga di rumah sakit. Jadi meninggalnya mamak, saat sakaratul maut, Bapak tidak sendiri melainkan ada om ujang yang tidak lain adalah adik kandung mamak sendiri.
Aku penasaran dengan proses sakaratul maut nya, maklum saja semenjak tinggal di Palembang, aku sudah sering melihat orang sakaratul maut, ada yang lama, ada yang sebentar, Sakaratul maut itu seperti ngorok, Bagaimanalah bunyi orang ngorok, ya seperti itulah. Dari beberapa yang aku baca, roh ditarik itu ada dari ujung kaki, ada dari ujung kepala. Tak terbayangkan sakitnya, pasti sakit sekali, Rasulullah saja mengatakan dalam hadist nya bahwa sakitnya ruh ditarik (red: Sakaratul maut) itu seperti ditusuk 300 pedang, jadi sakit sekali.
Aku pernah menyaksikan sendiri sakaratul maut lama di Kertapati, masih Saudara mamak juga, jadi Bapak itu sekarat sejak dari sore sampai malam hari berikutnya, semalaman handai taulan sanak Saudara yasinan, belum keluar-keluar juga ruh dari jasad yang sudah sekarat ini, ternyata usut punya usut orang tersebut bermusuhan dengan Saudara kandung nya sendiri, sudah dari Sore sebenarnya Saudaranya dibujuk untuk menemui orang yang sekarat ini, namun mungkin karena luka itu teramat pedih, Saudaranya ini belum mau menemuinya, akhirnya malam hari berikutnya (jika tak salah yang sekarat kakak), sang adik datanglah ke rumah sang kakak, sang adik mengatakan, “aku sudah memaafkan segala dosa kakak, aku juga meminta maaf jika selama ini ada salah sama kakak!”, akhirnya tidak berselang lama setelah kejadian ini, barulah ruh kakaknya ini terlepas dari jasad. Itulah mengerikannya dosa sesama manusia, dosa sesama manusia, Tuhan pun berat memaafkan, harus minta maaf ke manusia itu langsung. Kembali ke mamak..
Saat itu Bapak bercerita, bahwa saat sakaratul maut dibantu talqin oleh Bapak, gigi mamak menggeretak atas dan bawah saling beradu, matanya menghadap keatas, dan terus dibantu talqin sampai akhirnya ruh sepenuhnya lepas dari tubuh ini. “Aku harap mamak tenang disana mak!, segala dosa mamak diampuni, dilapangkan kuburnya, amal baik selama hidup mamak juga diterima, Aamiin…”
Bertemunya aku dengan baju dan tas mamak
Sepeninggalnya mamak, akhirnya keluarga ku pindah ke Palembang (kecuali aku) setelah aku menamatkan SMK ku yang sempat terseok-seok karena aku memang tak suka jurusan itu walau akhirnya aku kejar ketertinggalan dan berhasil menyabet peringkat 5 Nilai UN tertinggi se-Sekolah saat itu.
Aku melanjutkan Kuliah di Politeknik Negeri Batam hingga semester 4 hingga akhirnya aku memutuskan untuk masuk STAN saja, sebab masa depan sepertinya lebih terjamin di STAN dibandingkan aku kerja di swasta di Batam.
Sekitar 5 tahun setelah kepergian mamak, berarti 2013, saat setelah keluarga ku pindah semua ke Palembang, aku akhirnya baru memberanikan diri untuk bongkar-bongkar lemari nya mamak. Dan benar saja, didalamnya aku temukan tas terakhir yang dia gunakan di akhir hari dia bekerja, serta baju yang sudah terpotong-potong saat terakhir Ia gunakan ketika meninggal. Saat itu aku tinggal di rumah ku tidak sendiri, melainkan bersama satu orang rekan sekantor ku, namanya mas Agus Kurniawan (inilah sahabat happy kita, hahaha..) Aku bongkar lemari itu bersama dia, tak berani aku sendiri bongkarnya, memang sesaat setelah meninggal, baju mamak sudah dimasukkan semua kedalam karung, namun aku yakin masih ada yang tersisa, dan ternyata yang tersisa tas dan baju saat mamak meninggal.
|
Mas agus |
Aku tak bisa berbicara lagi saat itu, tak terasa air mata ku menetes saat menemukan kedua benda itu. Sempat aku ciumi baju itu berharap masih ada wanginya mamak di baju itu (ternyata yang tercium wangi kapur barus) Aku buka tas miliknya, ternyata didalamnya masih ada banyak barang milik mamak, mulai alat make up, data diri, hingga selembar tisu yang mungkin sempat mamak gunakan untuk mengelap bekas lipstik nya, masih ada noda lipstik di tisu itu. Aku sedih sekali saat itu, but kembali seperti yang aku katakan diatas, life must go on! Semua yang terjadi sudah menjadi takdir Yang Maha Kuasa, aku menangis pun tak ada guna, mamak ku takkan kembali, aku hanya bisa mendoakan saja di setiap sholat ku, dan juga berpesan kepada pembaca yang masih memiliki orang tua lengkap, sayangilah mereka! terutama Ibumu. Ibumu lah yang telah melahirkanmu ke dunia yang penuh tipu-tipu ini! Tanpa mereka engkau takkan menjadi apa-apa.
Sekian.
(SCIPT DRAMA PENDEK)
(CERPEN)
(KISAH NYATA)
Posting Komentar untuk "16 Tahun yang lalu (Sebuah Ingatan dalam dari kehilangan seorang Ibu)"