"Indonesia dalam rekayasa kehidupan"
|
Buku Indonesia dalam rekayasa kehidupan |
Kali ini saya akan menuangkan kembali apa-apa saja poin-poin penting yang menurut saya bisa di sharing terkait salah satu buku keren yang saya baca yaitu buku karangan Komjen Pol Drs. Dharma Pongrekun, M.M., M.H.
@pongrekundharma88 yang berjudul
"INDONESIA DALAM REKAYASA KEHIDUPAN".
Perlu diketahui bahwa Komjen Pol Dharma Pongrekun saat tulisan ini dibuat juga menjabat sebagai wakil ketua Badan Siber dan Sandi Negara. Pertama kali saya tahu Komjen Dharma adalah saat Beliau diundang Ibu Siti Fadhilah Supari dalam podcast nya, Beliau mengatakan bahwa ponsel pintar yang saat ini kita gunakan itu merupakan salah satu cara elit global untuk merusak bangsa Indonesia.
Video ini di take down oleh Youtube, namun saya masih bisa menontonnya dari re-upload oleh akun Youtube orang lain.
Sejujurnya sedari kemunculan ponsel pintar ini aku sebagai orang yang lahir di 93 yang notabene lahir bersamaan dengan adanya internet di Indonesia juga merasakan beberapa hal yang sangat berubah dari sosial masyarakat.
Dahulu kami asyik bermain dengan mainan yang kami buat, berinteraksi dengan rekan, saling tegur sapa sopan santun dan banyak lagi hal-hal dunia nyata yang bisa kita lakukan. Setelah hadirnya ponsel pintar, itu semua sirna. Semua orang sudah seperti zombie menunduk dengan HP di tangan nya, kepedulian semakin memudar, menjauhkan yang dekat mendekatkan yang jauh, sopan santun mulai hilang dan banyak lagi kehilangan yang terjadi.
Dengan adanya buku ini bisa menjadi penguat perasaan ku bahwa benar, Indonesia atau bahkan dunia sedang dalam rekayasa kehidupan. Ponsel pintar membuat orang yang menggunakan nya menjadi bodoh. Dia ibarat magnet yang membuat orang yang memilikinya terus-menerus tertarik dengan nya dan seakan tidak bisa lepas lagi darinya.
|
profil Komjen Pol. Drs. Dharma Pongrekun, M.M., M.H. |
Baiklah kita mulai saja, ada apa saja isi buku ini:
Buku Indonesia dalam rekayasa Kehidupan ini terdiri dari 5 Bab, masing-masing Bab membahas hal-hal sebagai berikut:
- Cita-cita Awal dan Tujuan Berbangsa dan Bernegara
- Globalisasi dan Pengaruhnya di Indonesia
- Proses Rekayasa Kehidupan
- Indonesia Harus Melompat
- Penutup
1. Cita-cita awal dan tujuan berbangsa dan bernegara
Cita-cita Bangsa Indonesia termaktub dan UUD 1945 dan juga didalam dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila. Namun seiring perjalanan Indonesia yang hingg saat tulisan ini dibuat 77 tahun Indonesia merdeka Apakah Cita-Cita Indonesia itu sudah tercapai? Mari kita lihat terlebih dahulu Apa saja cita-cita bangsa Indonesia:
Cita-Cita Bangsa Indonesia yang termaktub pada alinea kedua UUD 1945 adalah:
- Merdeka, terbebas dari penjajahan baik secara fisik dan mental
- Bersatu, seluruh rakyat Indonesia harus bersatu dan tidak mudah dipecah-belah
- Berdaulat, Indonesia harus sejajar dengan negara-negara lain
- Adil dan makmur, Keadilan untuk seluruh rakyat Indonesia dan kehidupan nya sejahtera
Sungguh mulia sekali sepertinya cita-cita awal bangsa Indonesia diatas, namun mari kita lihat realita yang ada saat ini:
- Merdeka, memang bangsa kita telah terbebas dari penjajahan oleh Belanda dan Jepang, namun dari segi ekonomi Bangsa kita masih dijajah. Lihat saja sumber-sumber daya alam negara yang kita miliki, Apakah benar memang negara kita secara penuh yang mengelola dan mendapat keuntungan guna memakmurkan rakyatnya?
- Bersatu, Rasanya belum. Masih ada saja pihak-pihak yang sengaja membuat konflik, termasuk di media sosial, hoax sering tersebar kemana-mana, bahkan perhatikan komentar orang-orang yang disebut netizen, jarang sekali membuat komentar baik di media sosial, isinya kebanyakan hal-hal tidak berguna bahkan terkesan membuat konflik
- Berdaulat, nyatanya walaupun batas-batas negara sudah tersedia, dibuatnya pasar bebas menjadikan serbuan barang impor yang sengaja dibuat lebih murah dan kebanyakan kita suka banyak masuk ke Indonesia, dan lagi-lagi itu dipermudah oleh hadirnya ponsel pintar. Ketik produk luar negeri menjamur di Indonesia, lantas Bagaimana dengan produk Indonesia sendiri, akhirnya produk-produk dalam negeri bangkrut.
- Adil dan makmur, nyatanya keadilan hanya untuk segelintir orang dan Indonesia masih jauh dari kata makmur.
Indonesia banyak sekali tekanan-tekanan dari external, kita sebut saja Globalisasi untuk mewujudkan cita-cita bangsa diatas. dibawah ini adalah kronologis apa saja yang terjadi terkait globalisasi dalam kurun waktu 1945-2009:
2. Globalisasi dan Pengaruhnya di Indonesia
Kata Globalisasi sendiri pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt seorang ekonom Amerika Serikat pada tahun 1985 yang merujuk pada upaya mewujudkan pasar terbuka dan perdagangan bebas sejak lahirnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) di Jenewa Swis tahun 1947.
Pada tahun 2000, M Lynn Stackhouse dan Peter J. Paris, dua orang professor dari Center of Theological Inquiry, New Jersey, Amerika Serikat sudah mengingatkan dalam buku mereka yang berjudul "Religion and The Power of The Common Life", ada tiga simbol dewa yang menguasai globalisasi yaitu:
a. Dewa Mammon
Dewa Mammon adalah Dewa Materialisme. Saat ini Dewa Mammon sudah sangat berkuasa di era Globalisasi. Saat ini, materi sudah dijadikan tolak ukur segala sesuatu. Agama sudah dijadikan sebagai cap saja, namun sejatinya materi lah dijadikan tujuan hidup dengan mengesampingkan hal-hal baik yang sudah diajarkan agama.
Menurut penulis, isitilah mudahnya saat ini adalah 5H (HALAL HARAM HANTAM HAK ORANG HAK KITA). Hal ini relate dengan apa yang ada di dunia yang diciptkan elite global yaitu dunia maya atau mudahnya kita menyebut media sosial. Tidak ada hal yang jelek diupload di media sosial, semua dibalut kemewahan, bagus, indah, pamer dsb. yang kemungkinan itu tidak relate dengan kehidupan nyata orang tersebut. Semua hanyalah kepalsuan belaka.
b. Dewa Mars
Dewa Mars adalah Dewa Kekerasan dalam mitologi Yunani. Relate dengan kehidupan di era Globalisasi saat ini, kekerasan terkadang sengaja diciptakan dimana-mana. Kekerasan tidak hanya terjadi dengan sesama manusia, tapi juga terjadi terhadap lingkungan, hanya demi memuaskan nafsu materi.
Sebagai contoh terjadinya banjir bandang, itu jika dipikirkan, salah satu penyebabnya adalah akibat perambahan hutan secara masif.
Menurut penulis, hal ini juga terjadi dengan dibuatnya hutan-hutan Indonesia menjadi kebun sawit, rusak lah habitat hewan dan alam hanya demi memuaskan keinginan segelintir orang demi mendapatkan kekayaan. Atau eksploitasi tambang besar-besaran yang akhirnya merusak alam.
c. Dewa Eros
Dewa Eros adalah Dewa Cinta dan Hawa Nafsu Seksual. Salah satu cara elite global mewujudkan visi mereka "Menjauhkan Manusia dari Tuhan" adalah dengan mempermudah orang mengerjakan larangan agama, salah satunya seks bebas. Sudah menjadi fitrah manusia mereka senang dengan seks, menurut penulis bohong jika ada orang yang mengatakan tidak perlu memiliki pasangan lawan jenisnya sebab kita memang butuh akan seks itu, pernah mendengar pepatah lama yang mengatakan jika berduaan lawan jenis, maka yang ketiganya setan? itu benar adanya, dua anak muda yang belum menikah tidak usah jauh-jauh, tersenggol sedikit saja bagian tertentu bagian tubuhnya, pasti ada rasa ser atau mulai bergejolak lah nafsu keduanya. Sudah fitrah manusia diciptakan memiliki hawa nafsu.
Di era sekarang ini, dengan mudahnya mengakses internet, konten pornografi tersebar dimana-mana. Nilai-nilai agama yang mengajarkan Bagaimana cara menyalurkan hawa nafsu nya dengan baik dan benar sudah mulai dilanggar, generasi muda terutama laki-laki yang sudah kecanduan seks/pornografi akan lebih banyak rusak otaknya jika dibandingkan orang kecanduan narkoba.
d. Pengaruh Globalisasi Bagi Indonesia
Arus globalisasi telah membawa bangsa kita, ke dalam sistem dunia yang lebih besar dan tidak terbatas. Diawali dengan keterlibatan Indonesia dalam perdagangan bebas, maka bersamaan dengan itu, bangsa Indonesia masuk ke dalam jaringan sistem budaya, sistem ekonomi, sistem pasar, sistem komunikasi, dan sistem pendidikan bersifat global.
1. Pengaruh di bidang Ekonomi
Jika dahulu masyarakat terbiasa menggunakan uang tunai, maka saat ini masyarakat digiring untuk menggunakan transaksi non tunai. Semuanya sudah ada dalam satu genggaman, yaitu ponsel. Secara tidak sadar juga masyarakat digiring untuk konsumtif, bukan lagi mengutamakan kebutuhan melainkan keinginan dengan dimudahkannya transaksi yang bisa dilakukan secara online.
Tanpa sadar, publik saat ini digiring menuju sistem ekonomi global yang akan menyeragamkan segala bentuk transaksi dan kegiatan yang berkaitan dengan ekonomi, menjadi sesuatu yang bersifat global (satu sistem).
2. Pengaruh di bidang budaya
Arus globalisasi saat ini telah membawa pengaruh budaya-budaya luar untuk mempengaruhi budaya asli bangsa Indonesia. Generasi bangsa kita akan dibuat satu frekuensi dengan budaya global. Derasnya arus informasi, khususnya mengenai kebudayaan, ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang megarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya Indonesia.
Budaya Indonesia yang dulunya ramah tamah, gotong royong, dan sopan santun berganti dengan budaya luar yang beraneka macam bahkan ada yang saling bertolak belakang. Ada yang mengagungkan pergaulan bebas dan sebaliknya ada yang serba tertutup, ada yang cenderung mengaburkan agama dan ada yang justru sangat mengultuskan agama.
Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya berpakaian minim ini dicontek dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang dapat diakses dengan perangkat teknologi dan komunikasi.
3. Pengaruh di bidang sosial
Perkembangan globalisasi juga telah merambah ke dalam aspek sosial kehidupan masyarakat. Saat ini dapat kita lihat Bagaimana nilai-nilai sosial yang hadir di masyarakat berubah begitu drastis.
Interaksi sosial yang dahulu dilakukan via bertatap muka langsung, kini digantikan oleh keberadaan telepon pintar yang katanya dapat menghapus jarak dalam berkomunikasi. Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat, itulah hal yang paling tepat untuk menggambarkan peranan telepon pintar saat ini.
Selain itu, dunia media sosial juga sebenarnya adalah dunia maya yang penuh kepalsuan, apa-apa yang diupload di media sosial sudah pasti hanya yang bagus-bagus saja dari bagian kehidupan seseorang dan tidak mengambarkan realitas kehidupan sesungguhnya.
Orang-orang di dunia maya yang mayoritas tidak kita kenal hanya memberikan love atau like tapi tidak turut mendoakan kebahagiaan atau merasakan kebahagiaan yang kita rasakan, orang-orang di dunia maya sebenarnya tidak peduli akan kehidupan kita sesungguhnya.
Kita harus mampu merubah cara kita dalam berhubungan dengan orang lain. Jangan sampai kita menjadi manusia antisosial karena adanya media sosial; kita jangan sampai tenggelam dalam euforia perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sehingga melupakan tujuan dasar dari hubungan sosial dengan orang lain.
Seperti yang pernah dikatakan Albert Einstein mengenai ketakutannya akan perkembangan teknologi dalam memengaruhi kehidupan sosial, "I fear the day technology will surpass our human interaction. The world will have a generation of idiots." (Saya takut pada hari di mana teknologi akan melampaui interaksi manusia. Dunia akan memiliki generasi idiot).
4. Pengaruh di bidang pendidikan
Dunia pendidikan juga tidak luput dari pengaruh globalisasi. UNESCO merekomendasikan pendidikan berkelanjutan yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu learning to know (belajar untuk mengetahui pengetahuan), learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan), learning to be (belajar untuk mengembangkan diri), dan learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat).
Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi sekarang ini, para guru dan murid diharuskan menguasai dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.
Hal ini menunjukkan bahwa sistem pembelajaran di masa sekarang mengutamakan target pencapaian kecerdasasan intelligence Quotient (IQ) serta mulai mengesampingkan kecerdasan Emotional Quotient EQ) serta Spiritual Quotient (SQ).
Pola pikir telah diubah oleh proses pendidikan yang sejatinya akan menjadi arah Bagaimana tindakan dan perilaku bangsa. Padahal kita tidak hanya membutuhkan pendidikan sains dan teknologi yang mengedepankan kecerdasan IQ, tetapi harus juga diimbangi dengan pendidikan keimanan, ibadah, dan akhlak karena makin intensnya kemerosotan akhlak di kalangan generasi muda akibat pengaruh arus globalisasi.
Jika hanya mengedepankan IQ, manusia akan menjadi sombong. Kurang menyadari bahwa kecerdasan yang ia miliki adalah anugerah dari Tuhan.
e. Dampak negatif Globalisasi yang langsung kita rasakan
Berikut ini adalah akibat negatif yang kita kita rasakan akibat pengaruh globalisasi di negeri kita.
1. Informasi tidak tersaring
Melalui internet, informasi masuk dengan bebas dan tak terkendali. Tidak semua informasi itu baik. Apalagi setelah kehadiran media sosial, ruang informasi di negeri kita menjadi marak dengan penyebaran hoaks, ujaran kebencian dan radikalisme, yang menggiring bangsa ini ke dalam perpecahan.
2. Sikap individualis dan apatis
Kehadiran TIK dalam bentuk smartphone membuat kita merasa tak perlu lagi bertatap muka lagi dengan manusia lain. Padahal, pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain dalam kehidupannya. Hal ini mendorong manusia menjadi lebih individualis dan apatis karena tidak perduli lagi manusia lain di sekitarnya.
3. Kesenjangan sosial yang melebar
Sudah menjadi rahasia bersama jika jarak antara orang miskin dan orang kaya di negeri ini, cukup besar. Satu sisi, globalisasi membuka peluang bagi orang-orang yang berpendidikan dan menguasai TIK, sedangkan sisi lainnya, globalisasi telah membuat orang-orang kecil yang tidak mempu mengikuti perkembangan TIK kian sulit untuk bertahan hidup.
4. Menyukai budaya asing
Kehadiran media sosial membuat menjamurnya budaya asing masuk ke Indonesia dan mempengaruhi generasi milenial kita. Jika hal itu baik, boleh kita tiru; jika sebaliknya, lebih baik kita buang jauh-jauh. Kenyataannya saat ini, banyak sekali budaya asing yang dianggap tren untuk diikuti; tetapi sebaliknya, jarang sekali kaum milenial Indonesia mau melestarikan budaya asli Indonesia.
5. Tidak mencintai produk lokal
Gempuran produk-produk mancanegara akibat sistem perdagangan bebas, membuat pasar di Indonesia didominasi produk-produk luar. kecenderungan saat ini, masyarakat Indonesia merasa bangga ketika menggunakan produk-produk luar dan mulai meninggalkan produk asli dalam negeri. Akibatnya, banyak produk dalam negeri sulit bersaing dengan produk-produk luar dan akhirnya mematikan industri dalam negeri.
6. Pola hidup konsumtif
Sifat konsumtif dibentuk oleh kita yang cenderung berbelanja produk-produk yang diinginkan, ketimbang yang diperlukan. Kemudahan akses dalam berbelanja dan membanjirnya produk-produk bermerek menyebabkan pola hidup konsumtif merajalela.
7. Persaingan hidup sangat keras
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan TIK, sedikit banyak meminggirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak memiliki kompetensi relevan dengan bidang pekerjaan era kini. Dalam persaingan SDM kian ketat di era globalisasi modern kini menyebabkan hanya mereka yang menguasai perkembangan modernisasi yang dapat bertahan hidup.
8. Meningkatnya pengangguran
Perubahan industri modern telah mengesampingkan peranan manusia, dan menggantinya dengan mesin berteknologi tinggi. Selain itu, beberapa bidang pekerjaan yang sebelumnya diisi oleh tenaga kasar, sekarang pun sudah digantikan oleh mesin. Perubahan-perubahan ini meningkatkan angka pengangguran bagi mereka yang tidak memiliki keahlian khusus sebab sudah banyaknya pekerjaan yang biasa dilakukan manusia saat ini sudah digantikan oleh mesin.
9. Masyarakat kita menjadi galau
Perkembangan kehidupan begitu cepat akibat globalisasi menyebabkan banyak anggota masyarakat kita yang tertinggal atau tersisih dari kehidupan, sehingga membuat angka kemiskinan, kriminalitas, dan berbagai kerawanan sosial lainnya.
10. Persatuan nasional terancam
Berbagai kesulitan yang dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akibat pengaruh dari globalisasi membuat masyarakata kita terpecah belah. Di satu sisi ada yang menganggap pemerintah tidak becus dalam mengataasi masalah. Di sisi lain, ada yang menganggap pemerintah harus didukung agar bisa fokus mengatasi keadaan. Perbedaan cara pandang sebenarnya adalah hal biasa. Tapi perbedaan yang ditimpali dengan berbagai propaganda politik, membuat perbedaan yang terjadi di masyarakat menjurus kepada perpecahan bangsa.
f. Perubahan pola kehidupan generasi Muda Indonesia
Dengan memanipulasi cara berpikir, teknologi informasi dan komunikasi sebenarnya telah menghadirkan kerusakan yang menadalam pada sendi kehidupan manusia. Generasi muda seolah terkikis moral dan akhlaknya.
Kita bisa membandingkan Bagaimana kehidupan sebelumnya tanpa teknologi, internet, komputer, drone, bitcoin, ponsel, facebook, dan akun-akun media sosial. Semua berjalan normal dan manusia dapat melakukan kehidupannya seperti biasa. Namun sekarang kita melihat perubahan perilaku generasi muda saat ini seperti berikut:
1. Fokus pada urusan dunia dan melupakan Tuhan
Kebutuhan duniawi haruslah diimbangi dengan kebutuhan rohani yang mengharuskan kita menyembah Tuhan. Pada era sekarang ini manusia seperti robot; pagi-pagi kerja, buru-buru sampai di kantor, sibuk dengan pekerjaan, pulang sore atau malam, langsung beristirahat, begitu seterusnya. Tidak jarang beribadah hanya dilakukan ketika ingat saja; tetapi saat sibuk bekerja ibadah ditinggalkan begitu saja.
Dapat kita lihat rumah ibadah saat ini yang hanya diisi oleh orang-orang tua saja, sementara generasi junior sibuk mengejar ukuran sukses dunia. Padahal tanpa campur tangan Tuhan, apa yang didapatkan tidaklah menjadi apa-apa, selain kebahagiaan yang bersifat fana.
Yang seharusnya dilakukan, adalah tempatkan Tuhan di dalam prioritas kehidupan, selanjutnya jalankan urusan duniawi tanpa melanggar norma-norma yang telah Tuhan gariskan.
2. Rasa kemanusiaan yang rendah
Pada dasarnya, sebagai manusia seharusnya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Namun saat ini rasa kemanusiaan itu terasa memudar. Bisa kita lihat ketika terjadi kecelakaan, masyarakat jaman sekarang bukannya menolong, malah sibuk memvideokan karena dianggap sesuatu hal yang menarik untuk dibagikan ke media sosial, bukannya ditolong malah sibuk memvideokan.
Perilaku seperti ini mengikis rasa kemanusiaan, yang seharusnya lebih ditonjolkan di dalam diri manusia. Rasa kemanusiaan inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
3. Mengabaikan rasa saling menghormati
Dulu, seseorang yang lebih muda cenderung menghormati yang lebih berumur darinya. Namun saat ini di media sosial, kita bisa lihat tua-muda bersatu di media sosial sehingga mengaburkan jarak usia dan rasa hormat terhadap yang lebih tua.
Banyak orang yang lebih muda mencampuri urusan orang yang lebih tua darinya dalam media sosial. Belum lagi banyak pria yang merendahkan martabat wanita di media sosial. Pria bebas menggoda wanita di media sosial tanpa adanya rasa hormat.
4. Pergeseran makna kasih sayang
Teknologi telah mengubah cara memberikan kasih sayang orang tua kepada anaknya. Dahulu orang tua memberikan pelukan serta nasihat untuk mendidik anaknya agar lebih baik. Namun kini, orang tua memberikan gawai kepada anaknya agar tidak menangis untuk menghibur anaknya; ketika di meja makan, orang tua tidak memperhatikan anaknya dan malah sibuk dengan urusan gawainya.
5. Perubahan karakter
Dahulu karakter manusia dibentuk melalui hubungan secara nyata dengan orang di sekitar, bermain dengan mainan yang dibuat sendiri, bermain di luar rumah bersama teman, serta nasihat yang didapat secara langsung dari orang tua. Namun saat ini, kita dapat melihat manusia menghabiskan waktunya di dalam genggaman teknologi yang membuat ia menjauhi realitas kehidupan dan memasuki dunia yang penuh rekayasa.
Manusia menghabiskan waktu nya dengan teman tidak nyata, menceritakan keluh kesah di media sosial, serta memamerkan kehidupannya di dalam dunia maya. Manusia telah menjauh dari nilai-nilai luhur serta karakter manusia semestinya, dan dikhawatirkan menuju era manusia tanpa moral.
6. Kesopanan
Di tahun 1990-an, yang namanya mengumbar aurat merupakan sesuatu yang tabu bagi masyarakat Indonesia, karena itu merupakan pelanggaran norma dan melanggar kesopanan. Namun sekarang di media sosial, dapat kita lihat Bagaimana perempuan mengumbar aurat yang dapat dilihat oleh siapapun. Selain itu, ada lagi perilaku pengguna media sosial yang senang menggunakan kata-kata yang kurang pantas. Kebebasan menyampaikan pendapat, aspirasi, keluh kesah, di dalam bermedia sosial telah mengesampingkan nilai-nilai kesopanan.
g. Agenda tersembunyi Globalisasi
Awal mulanya globalisasi dibuat untuk kepentingan perdagangan bebas. Namun bersamaan dengan itu globalisasi juga membawa agenda terselubung, yaitu untuk mengontrol sepenuhnya manusia di dunia. Guna menjalankan agenda tersebut, berbagai cara dilakukan dengan mengubah segala aspek di kehidupan manusia, mulai dari propaganda ketakutan, rekayasa krisis, rekayasa konflik, rekayasa serangan dan pada akhirnya memanipulasi pola pikir manusia dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan globalisasi pada akhirnya adalah untuk menjauhkan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk bertuhan atau atheis.
Berdasarkan latar belakangnya, prakteknya dan akibat-akibatnya, globalisasi dapat dipetakan berdasarkan program, strategi, misi dan visinya (sebagai tujuan akhir).
1. Program: Money, Power, Control Population (MPC)
Money: Sistem perekonomian dan keuangan dunia sudah dikendalikan sepenuhnya sekarang ini. Semua negara sudah tidak bisa lagi menghindari karena sistem pengelolaan keuangan, sistem mata uang, sistem perdagangan, sistem industri sudah diatur dalam satu sistem.
Power: Negara di seluruh dunia sudah dikendalikan melalui sistem-sistem pemerintahan dan struktur-strukturnya, termasuk membangun dan membiayai lembaga-lembaga non-struktural di setiap negara.
Control Population: Seluruh manusia di dunia ingin dikendalikan pola kehidupannya. Namun, untuk hal ini belum sepenuhnya tercapai, untuk itu teknologi informasi dan teknologi komunikasi dipertemukan dengan internet dan terus didorong penetrasinya ke seluruh penjuru dunia agar bisa menjangkau semua manusia di dunia. Saat ini hampir seluruh penjuru bumi sudah terhubung internet baik via satelit maupun kabel bawah laut.
2. Strategi: Terstruktur, Sistematis, dan Masif (TSM)
Terstruktur: Dengan uang, rezim globalisasi membentuk organisasi dan membayar "pasukan" yang bergerak seluruh dunia, mereka membentuk non-state actor; dengan underbouw-nya yaitu non-govermental organization (NGO). Mereka membuat propaganda, menciptakan krisis dan konflik, termasuk mengadu domba negara vs negara, pemerintah vs rakyat dan manusia vs manusia.
Sistematis: Mereka bergerak secara jenius, pelan-pelan, dengan menghipnotis, memberi kecepatan, kemudahan dan tawaran-tawaran ekonomi sehingga pada akhirnya semua manusia terperangkap dalam sebuah sistem yang membuat mereka terbelenggu dan tak bisa keluar lagi.
Masif: Mereka bergerak di seluruh dunia, di seluruh sendi kehidupan manusia dengan bantuan sarana TIK untuk melancarkan propaganda-propaganda dan rekayasa-rekayasa ketakutan agar pola pikir manusia berubah hingga manusia sendiri tidak menyadari bahwa kehidupan mereka sedang direkayasa.
3. Misi: Menyatukan Sistem Dunia
Rezim globalisasi bertujuan menyatukan dunia dalam satu sistem yang sepenuhnya terkontrol oleh mereka (totally controled). Saat ini tidak ada lagi sendi kehidupan manusia yang tidak dikendalikan oleh rezim globalisasi. Di bidang ekonomi, keuangan sudah dikendalikan IMF (International Monetary Fund), sistem perdagangan dikendalikan WTO (World Trade Organization), sistem industri dikendalikan oleh ISO (International Organization for Standarization) dan masih banyak lagi yang mana hampir bisa dikatakan semua sudah dikendalikan oleh globalisasi.
4. Visi: Rekayasa Kehidupan (Life Engineering)
Agenda tersembunyi dari globalisasi adalah merekayasa kehidupan seluruh manusia di dunia. Globalisasi dengan dukungan sarana TIK bekerja sama TSM mengendalikan dan mempengaruhi kehidupan seluruh dunia dengan cara merekayasa ketakutan (fear engineering), antara lain dengan intelligence engineering, conflict engineering, dan attack engineering.
Rekayasa-rekayasa kehidupan yang dibuat oleh rezim globalisasi bertujuan agar pola pikir manusia dipenuhi rasa takut. Manusia yang ketakutan secara alamiah pasti akan mencari perlindungan. demikian pula negara yang dicekam ketakutan akan mencari perlindungan.
Kita sering melihat negara yan tidak tunduk dengan sistem globalisasi maka mata uangnya dikerjain shingga mengalami krisis ekonomi. Setelah itu datanglah "dewa penolong" yang menawarkan dana pinjaman jangka panjang, dana talangan, dan sebagainya.
Globalisasi bisa diterima manusia secara masif karena telah memberikan kemudahan dan kecepatan kepada manusia. Manusia secara alami memang tidak suka dibikin ribet atau susah. Manusia selalu ingin cepat, walaupun itu menuju kehancuran. Mereka punya riset dan mereka tahu bahwa manusia tidak bisa keluar dari sini.
Globalisasi juga selalu mengatakan bahwa Sumber Daya Alam akan habis, dunia akan mengalami krisis ekonomi global dan berbagai rekayasa ketakutan lainnya. Akibatnya manusia diselimuti rasa ketakutan. Mereka yang punya modal akan berusaha menguasai Sumber Daya Alam yang ada. Mereka yang tidak punya modal, berusaha mencari sebanyak-banyaknya untuk bertahan hidup.
Tuhan telah menciptakan alam dengan segala isinya untuk mencukupi kebutuhan manusia selama hidup di dunia. Setiap manusia diberikan rezeki masing-masing oleh Tuhan. Minyak sudah disedot ratusan tahun sampai sekarang tidak habis. Air sudah dipakai selama ribuan tahun, tapi Tuhan selalu mengirimkan air melalui hujan dan mata air untuk menghidupi seluruh dunia.
Manusia bertuhan tidak akan takut menghadapi apapun. Rezim globalisasi membuat manusia selalu diliputi rasa ketakutan.
Globalisasi juga mendorong revolusi industri yang dipropagandakan akan memudahkan kehidupan manusia. Maka diciptakanlah Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI). Bahkan globalisasi saat ini sudah berhasil menciptakan robot yang mirip secara fisik, namun memiliki tingkat kecerdasan melebihi otak manusia. Pada titik ini muncul pertanyaan, jika robot sudah hadir dalam kehidupan kita, Apakah dunia masih memerlukan manusia sebanyak sekarang?
Globalisasi sesungguhnya adalah sebuah sistem dari suprasistem yang bertujuan merekayasa kehidupan agar seluruh umat manusia menjauh dari rasa keimanan kepada Kemahakuasaan Tuhan. Proses rekayasa kehidupan sudah dimulai sejak iblis memanipulasi Adam dan Hawa untuk memakan buah terlarang di surga yang berakibat Adam dan Hawa turun ke bumi. Tujuan akhir dari rekayasa kehidupan adalah membuat manusia menjadi atheis dan akhirnya menemani iblis di neraka.
Posting Komentar untuk "ringkasan buku "Indonesia dalam rekayasa Kehidupan" Komjen Pol Dharma Pongrekun (bagian satu)"